16 Nov 2024 08:58 - 3 menit membaca

Wajib Jaga Silaturrahim Walau Beda Pilihan

Bagikan

Aceh Besar — Umat Islam diperintahkan menjaga silaturrahim, saling membangun hubungan baik dan menghindari saling menjatuhkan dalam segala waktu dan keadaan meskipun berbeda dalam pilihan gaya hidup, pilihan organisasi, pilihan budaya, serta pilihan jalan politik.

Kepala Pusat Kerohanian dan Moderasi Beragama (PKMB) UIN Ar-Raniry, Saifuddin A. Rasyid, menyampaikan hal itu dalam khutbahnya di Masjid Syuhada Lamgugop Banda Aceh, 15 November 2024 bertepatan dengan 13 Jumadil Awwal 1446 H.

Saifuddin yang juga bendahara ICMI Orwil Aceh itu menekankan, bahwa dalam waktu kurang dua pekan kedepan masyarakat Aceh, demikian juga di wilayah lainnya di tanah air, akan kembali mendatangi TPS untuk memilih pemimpin daerah, baik gubernur maupun bupati dan walikota melalui mekanisme pilkada.

“Suasana menjelang pemilihan itu rentan memanas karena tekanan hasrat untuk memenangkan kontestasi. Hal ini tidak hanya terjadi pada diri paslon tetapi juga para pendukung dan warga masyarakat secara luas. Keadaan yang memanas bisa saja kurang kendali dan bahkan sampai saling memutuskan silaturrahim. Masing masing kita tetap perlu mengendalikan diri, menaati aturan dan norma yang berlaku, dan tetap pertahankan hubungan baik dan silaturrahim,” urainya.

Menurutnya, dengan niat dan tekad yang baik untuk tujuan kebaikan maka agenda pilkada yang kita jalankan ini kita yakini mendapat pahala dan ridha dari Allah Swt.

Saifuddin mengajak umat Islam mengambil pelajaran dari ayat Allah yang terdapat dalam surat Ar-Ra’d ayat 25, bahwa orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh (yaitu keimanan dan keislaman) dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan (yaitu silaturrahim) dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (dalam neraka Jahannam).

Saifuddin menguraikan beberapa jebakan yang berpotensi menjadi faktor yang bisa merusak atau mengganggu silaturahim. “Kita minta umat Islam berhati-hati dengan jebakan ini,” tgasnya.

Pertama, jebakan hoaks, ghibah, namimah dan Fitnah. Penyebaran hal-hal tersebut seringkali menyebabkan salah paham, kebencian, dan ketidakpercayaan antarindividu di tengah masyarakat. Empat hal pertama ini tergolong dosa besar.

“Kedua, irihati dan dengki. Rasa iri atau dengki pada keberhasilan atau kebahagiaan orang lain bisa merusak silaturahim. Orang yang iri sering memendam rasa tidak suka dan menghindari hubungan yang baik. Ini dijelaskannya termasuk penyakit hati yang sangat berbahaya yang dapat merusak amal dan perlu dihindari,” urainya.

Ketiga, pertengkaran atau konflik yang berlarut-larut. Konflik yang tidak terselesaikan atau dibiarkan berlarut-larut sering menyebabkan hubungan menjadi renggang, karena ada perasaan dendam atau tidak nyaman satu sama lain.

“Keempat, tidak ada empati atau toleransi. Kurangnya empati atau pengertian dalam melihat sudut pandang orang lain, serta sikap tidak toleran, bisa memicu konflik dan merenggangkan hubungan sesama,” jelas Saifuddin.

Saifuddin mengimbau umat Islam untuk mengambil peran aktif membangun silaturrahim, yaitu dengan menghindari empat hal di atas. Menjaga silaturahim, katanya, memerlukan kesabaran, pengertian, dan keikhlasan dalam menerima perbedaan serta memaafkan kesalahan orang lain.

Terkait momentum pilkada Saifuddin mengajak umat berpikir menang-menang, saling menguatkan. “ Jadi siapapun yang terpilih adalah baik karena diniatkan untuk kebaikan, dan tetaplah rakyat secara keseluruhan yang terimbas secara positif mendapat kemaslahatan dan hidup harmoni bersama pemimpin baru. Sementara yang tidak terpilih juga menang karena telah maksimal berjuang untuk membangun kebaikan bagi masyarakatnya,” tutup Saifuddin. (Sayed M. Husen)

- - Peringatan Maulid Wujud Komitmen Mengikuti Seluruh Ajaran Rasulullah SAW