6 Des 2024 14:21 - 3 menit membaca

Keimanan Bukan Sekadar Perasaan di Hati

Bagikan

Aceh Besar — Keimanan bukanlah sekadar perasaan di hati. Keimanan harus diwujudkan dalam perbuatan dan sifat-sifat yang mencerminkan karakter seorang Muslim yang beriman.

Guru Dayah Insan Qurani, Ustaz Khairul Rafiqi, Lc, MA menyampaikan hal itu dalam khutbah Jum’at di Masjid Hikmatullah Dusun Tgk. Malem, Komplek PU, Ajuen, Kecamatan Peukan Bada, 6 Desember 2024 bertepatan dengan 4 Jumadil Akhir 1446 H.

Alumni Omdurman Islamic University Sudan ini mengatakan, para ulama telah berupaya menghimpun sifat-sifat seorang mukmin dalam berbagai kitab mereka. Salah satunya adalah Al-Imam Al-Baihaqi dalam karyanya Al-Jami’ li Syu’ab Al-Iman, yang mengumpulkan 77 cabang keimanan berdasarkan Al-Qur’an dan hadis Nabi.

Ia menjelaskan, di antara sifat-sifat orang beriman yang patut kita teladani pertama, menjaga tutur kata yang baik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari, 6018).

“Maka, jika seseorang mengaku beriman namun perkataannya tidak baik, perlu dipertanyakan kesempurnaan imannya,” tegasnya.

Kedua, memberikan rasa aman kepada orang lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Orang beriman adalah orang yang memberikan keamanan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi, 1621).

Ketiga, menjaga kebersihan lahir dan batin. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengingatkan: “Kebersihan adalah bagian dari iman.” (HR. Muslim, 223).

Keempat, bersikap amanah dan jujur. Beliau bersabda: “Barang siapa yang mencurangi kami, maka ia bukan golongan kami.” (HR. Muslim, 102).

“Sifat-sifat ini, dan banyak lagi lainnya, menunjukkan keindahan dan kesempurnaan ajaran Islam.
Namun, yang menyedihkan adalah ketika orang-orang beriman tidak menampakkan sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mengakibatkan agama Islam menjadi sasaran fitnah,” urai Ustaz Khairul Rafiqi.

Syeikh Usamah Sayyid Azhari, seorang ulama Al-Azhar yang kini menjabat sebagai Menteri Wakaf Mesir, pernah mengatakan: Agama Islam terzalimi oleh penganutnya sendiri.

“Ketika sebagian orang melihat perilaku buruk umat Islam, mereka mencap Muslim sebagai orang yang kotor, tidak amanah, teroris, terbelakang, tidak menghargai waktu, dan berbagai tuduhan lainnya. Padahal, semua itu bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya,” ungkap Ustaz Khairul Rafiqi.

Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah berkata saat pembebasan Baitul Maqdis: “Dulu kita adalah kaum yang paling hina, lalu Allah memuliakan kita dengan Islam. Maka jika kita mencari kemuliaan bukan melalui Islam, Allah akan menghinakan kita.” (HR. Hakim, 207).

“Kaum Arab di masa jahiliyah dikenal sebagai masyarakat yang penuh keburukan. Namun, dengan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka berjaya hingga memimpin peradaban dunia,” tambah Ustaz Khairul Rafiqi.

Menurutnya, Islam mengajarkan kita untuk memperbaiki hubungan dengan Allah, sesama manusia, dan lingkungan. Jika seseorang mencari kemuliaan di luar nilai-nilai Islam, yang didapat hanyalah kehinaan dan keburukan.

Syeikh Syakib Al-Arslan, seorang ulama Suriah, pernah ditanya mengapa kaum Muslimin saat ini tertinggal dibandingkan non-Muslim. Beliau menjawab : “Penyebab utamanya adalah karena kaum Muslimin sendiri telah meninggalkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan mereka.”

“Oleh karena itu, kita harus berbangga menjadi seorang Muslim dengan menampakkan nilai-nilai keislaman dalam kepribadian dan keseharian kita. Islam adalah sumber kemuliaan dan hanya dengan mengamalkan ajarannya, kita dapat meraih kebahagiaan dunia dan akhirat,” pungkasnya. (Sayed M. Husen)

- - Pondok Pesantren Nuu Waar AFKN Tingkatkan Tradisi Belajar Kitab Kuning